Hari Pahlawan

Nol, satu, dua dan delapan menjadi angka yang keramat hari ini. Mengapa? Ketika anda membaca judul dari tulisanku ini, tentu tak ayal pikiran anda akan melesat pada tanggal jatuh Hari Pahlawan.

Ya, tentu saja. Tak salah lagi perkiraan itu. Nol, satu, dua dan delapan membentuk suatu tanggal sakral, 10 - 10 - 2008 dibaca sepuluh November dua ribu delapan. Tapi, tahukah anda apa yang paling spesial pada hari ini?

Pasti anda tahukan, lagu project pop berjudul "Ingatlah Hari Ini"? Persis seperti itulah kita harus menggarisbawahi tanggal Hari Pahlawan.

Aku terinspirasi untuk menulis ini tepat saat aku menyanyi sekencang-kencangnya bersama seluruh teman di kelasku yang kebetulan hari ini bertugas menjadi paduan suara (koor) pada Upacara Bendera--Hari Pahlawan.

Ketika itu, kami menyanyi dengan suara nyaring, kencang, dan sesekali falseto merdu anak perempuan ataupun suara khas bas anak lelaki di kelasku mendominasi melantunkan lagu "Indonesia Raya", "Mengheningkan Cipta" dan "Satu Nusa Satu Bangsa".

Lagu pertama berjalan dengan tertib. Seluruh peserta upacara mengikutinya dengan baik. Mengangkat telapak tangan dan menghadap kepada Sang Merah Putih dengan dada terbusung tinggi. Kuperhatikan beberapa kaki yang diselubungi sepatu terkadang menggerakkan ibu jarinya tanda mengikuti ritme lagu tersebut. Mereka memang tampak mengagungkan bendera itu, sangat hormat.

Lagu kedua kami lantunkan dengan lantang dan aku mulai berpikir sesuatu yang rasanya sangat sepele tetapi berarti pula. Pak Win yang menjadi Pembina Upacara saat itu mengkomandoi seluruh peserta dengan berseru "Mengheningkan cipta, mulai.." tanda kami harus menundukkan kepala. Dalam hati aku berpikir, mereka hening, mereka diam, beberapa dari mereka ikut bersenandung kecil mengikuti suara koor kami. Tapi apa seluruh dari kami ikut menghayati masa itu dengan baik? Apabila anda tidak dapat menangkap poin yang kumaksud, bahwa apalah tujuan sesungguhnya dari bagian ini disisipkan dalam rangkaian Upacara Bendera? Kupikir, ini semua untuk mengenang jasa para pejuang yang telah gugur kan? Mari kita simak dahulu lirik di bawah ini dan cobalah resapi apa yang anda dapatkan dari sana:

Mengheningkan Cipta
Dengan seluruh angkasa raya memuja
Pahlawan negara
nan gugur remaja
Di ribaan bendera

Bela nusa bangsa

Kau kukenang wahai bunga putra bangsa

Harga, jasa, kau cahya pelita

Bagi Indonesia merdeka


Kita memuji mereka dan hormat lewat masa hening yang kita lalui ini karena mereka pahlawan yang membela negara hingga Indonesia merdeka, jika dirangkum bukankah itu yang kita dapatkan? Tapi dimana penghayatan kita? Aku akui bahwa sebelum aku berpikir tentang ini seringkali dalam hati aku hanya membatin kapan upacara ini akan selesai! Kakiku capai, gemetar, atau terkadang terasa gatal karena ada lalat atau serangga lain beterbangan di sekeliling kita. Atau rasa bosan serta ingin mengobrol dengan kawan di kanan dan kiri kita. Bahkan, saat amanat Pembina Upacara dimulai oleh si pembicara, kita seringkali sibuk sendiri dan memaki dalam hata "Ugh ! Apa dia mau kita pingsan?!"

Dalam setiap Upacara Bendera, khususnya hari ini, aku ingin mewujudkan rasa kagum terhadap pahlawan-pahlawan bangsaku sendiri, Indonesia. Bagi mereka yang pantang meyerah. Bagi mereka yang abdi terhadap tanah dan bangsanya. Bagi mereka yang meski di hadapannya terdapat dinding namun tetap diterjang tanpa memikirkan jalan pulangnya. Terlalu banyak nama pahlawan untuk dihapal, dan terlalu banyak tanggal-tanggal sejarah yang harus diingat dan seperti yang pada awal sudah kuucap: "Ingatlah Hari Ini". :)

Mulailah dari diri kita, heningkan masa mengenang pahlawan dengan baik, bukan hanya hari ini. Tetapi juga minggu selanjutnya, 2 minggu selanjutnya dan seterusnya. Harum nama pahlawan kita akan selalu dikenang. Sepanjang masa.

5 comments:

Ten Ryu said...

Untuk mengenang para pahlawan, kita melakukan upacara, dll.

Is it really? saia pikir kita bisa mengenang para pahlawan dengan cara yang lebih baik daripada buang2 waktu upacara (yang biasanya sampe ada yang pingsan waktu Ten Ryu sekolah dulu) dengan cara pagelaran seni, dan melakukan banyak tindakan yang lebih berarti.

Memang upacara itu adalah simbolisme dari hasil perjuangan tapi jika kita adalah para pejuang, apakah kita mau anak2 kita pingsan untuk menghargai mereka? I think not, there must be a better way.

Peace! *kyaa!!*

Patty Regina said...

aahh what a good idea~
but in this case is what schools used to organize T_T

well then,
kmaren malah seluruh pesertanya disuru balik kanan smua soalnya ribut banget, baru dikasi balik lg waktu udah diem smua..

is that the way they respect their heroes..?

Ten Ryu said...

hahaha... they do it not because they respect the heroes, but they do it because they 'should' or 'must' safeguard their 'retro image'.

Buat mereka mungkin imej dari sekolah yang melakukan upacara, murid2 penurut adalah sekolah yang 'hebat' dan patut 'diteladani'. What a laugh...

I think that they think that rules is more important than the humans (children in this case) it organize... how sad. >_<

Patty Regina said...

human nature kita sudah mulai berubah jd kyk gitu actually LOL

gila saia tergugah menonton pilem nagabonar jd 2.
though itu hanya skali dan karna tgs BI di skul.
tak menyesal.

Ten Ryu said...

Kata hormat mungkin masih ada di zaman dulu yah... zaman sekarang kebanyakan orang2 dihormati karena 'minta dihormati' ato 'kepaksa dihormati' bukannya 'pantas dihormati'. Ten Ryu yakin kalo naga bonar di film ini benar2 menghormati mereka yang benar2 layak mendapat penghormatan.

hormat kepada para pahlawan! /(0.0)